Minggu, 27 Desember 2015

KECERDASAN INTERPERSONALITY

Sebagai makhluk sosial, kita tidak akan pernah terhindar dari interaksi saling membutuhkan dengan orang lain. Sebagian urusan kita mungkin melibatkan orang lain dan demikian sebaliknya sebagian urusan orang lain ada pada kita. Dalam berinteraksi dengan orang lain diperlukan seni dan kemampuan berkomunikasi untuk mencapai tujuan dari interaksi tersebut.

Salah satu kecerdasan yang harus kita bangun dan miliki dalam berinteraksi dengan sesama adalah kecerdasan interpersonality. Kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain, menyentuh perasaan mereka dan menggerakkan mereka tanpa merasa diperintah. Kecerdasan ini melibatkan perpaduan kecerdasan emosi dan kemampuan komunikasi yang baik dengan orang lain. Kecerdasan interpersonality merupakan dasar terbentuknya akhlak yang baik terhadap sesama. Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang bisa dipelajari dan diasah melalui pembiasaan hingga menjadi karakter pribadi.

Islam mengajarkan para pemelukya memiliki kecerdasan interpersonality dengan cara mengatur dan memberi rambu-rambu etika dalam berhubungan dengan orang lain diseluruh dimensi kehidupan. Interaksi terhadap orang tua, interaksi antara suami istri, interaksi di dalam majelis dan jalan raya, cerdas saat bicara ataupun diam, bahkan mengatur hal sederhana seperti sekedar meminta izin orang lain. Lihatlah kepekaan Islam telah mengatur semua batas dan bentuk interaksi yang paling kecil sekalipun.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah pribadi yang memiliki kecerdasan interpersonality yang luar biasa. Kemampuan beliau memahami dan menghargai perasaan dan ketidak mengertian orang lain serta kemampuannya mengkomunikasikan yang seharusnya mempermudah penyebaran dakwah beliau. Berbagai peristiwa yang tercatat dalam sejarah beliau menunjukkan hal ini, diantaranya adalah peristiwa berikut.

Suatu hari ada seorang pemuda mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!". Orang-orangpun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, "Diam kamu! Diam!". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Mendekatlah." Pemuda itupun mendekat lalu duduk. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, "Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?". "Tidak, demi Allah, wahai Rasul" sahut pemuda itu. "Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu mereka dizinai." lanjut Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?". "Tidak, demi Allah wahai Rasul" pemuda itu kembali menjawab. "Begitu pula orang lain, tidak rela jika putri mereka dizinai". "Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?". "Tidak, demi Allah wahai Rasul". "Begitu pula orang lain, tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai". "Relakah engkau jika bibimu - dari jalur bapak - dizinai?". "Tidak, demi Allah wahai Rasul". "Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai". "Relakah engkau jika bibimu - dari jalur ibu - dizinai?". "Tidak, demi Allah wahai Rasul". "Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai". Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata : "Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya." (HR. Ahmad no. 22211 ; sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)

Sudah sepatutnya seorang muslim mengasah kecerdasan interpersonalitynya dengan mencontoh perilaku sang teladan yakni Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan kecerdasan ini diharapkan tidak terjadi kesalahfahaman terhadap Islam.

Minggu, 15 November 2015

AWAS JEBAKAN BETMEN

Maraknya penyebaran aliran sesat ataupun aliran yang mengatasnamakan Islam namun sesungguhnya telah keluar dari Islam memaksa kita untuk lebih berhati-hati. Pola dan cara-cara yang beragam dan dilakukan dengan sangat halus memungkinkan siapa saja terjebak dalam ajaran dan aliran sesat tersebut.

Cara-cara halus yang menjebak seperti mengajarkan materi keislaman yang kemudian pada titik tertentu disimpangkan dari yang sebenarnya, debat dengan memutarbalikkan logika, fakta dan sejarah, serta penyebaran paham seakan sekedar berbeda mahzab menjadi jebakan betmen yang bisa membawa siapapun ke dalam kondisi dimana kita secara konyol terperangkap dalam suatu kondisi yang seharusnya dengan mudah bisa dicegah atau dihindari.

Sebuah ilustrasi yang menggambarkan hal ini adalah bagaimana seekor katak hidup direbus secara perlahan dalam air yang semula dingin. Jika katak direbus dalam air yang panas, maka katak akan melompat keluar dari wadah perebusannya. Namun karena perubahan suhu air naik secara perlahan, perubahan ini tidak disadari sang katak hingga pada titik tertentu ketika ia menyadarinya, ia sudah terlambat dan tidak mampu lagi melompat keluar. Kondisi inilah yang saya istilahkan dengan jebakan betmen para penebar aliran sesat.

Saya menggunakan istilah jebakan betmen sekedar menggambarkan bahwa target utama penyebaran aliran sesat ini adalah mereka yang kelak juga berpotensi sebagai penyebar, penyeru dan bukan sekedar penganut semata. Tentu target mereka adalah para generasi muda Islam yang memiliki potensi seperti itu. Karena itu saya menggunakan istilah jebakan betmen yang akrab dengan generasi muda saat ini sekaligus memperkenalkan istilah ini kepada para orang tua untuk kemudian lebih memperhatikan pemahaman Islam anak-anak mereka. Sudah saatnya para orang tua mengambil alih kembali pendidikan agama anak-anak mereka, bukan sekedar diserahkan kepada sekolah, guru mengaji, atau lingkungan begitu saja tanpa pengawalan.

Generasi muda merupakan sasaran yang empuk bagi para penebar aliran-aliran sesat ini. Semangat yang besar untuk memperdalam pengetahuan agama tanpa disertai pondasi agama yang kuat dari keluarga justru menjadi bumerang yang dengan mudah menyeret mereka ke dalam jebakan betmen aliran dan pemahaman sesat. Keinginan untuk belajar agama ini kemudian dimanfaatkan para penebar aliran sesat dengan mencekoki mereka materi-materi yang menyimpang, sejarah dan hadits-hadits palsu, serta logika-logika yang dipaksakan.

Oleh karena itu, sebagai generasi muda ataupun sebagai orang tua perlu kiranya membangun sensitifitas dengan kesesatan dan penyimpangan yang mungkin terjadi terhadap Islam. Hal ini sangat penting untuk menghindarkan diri kita dari perangkap mereka sebelum terjebak sangat jauh dengan mereka. Sebab diantara aliran sesat itu ada yang tidak segan menggunakan ancaman demi menjaga penganutnya agar tidak melepaskan diri. 

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari jebakan betmen aliran-aliran sesat ini antara lain :

1. Mengenal ragam aliran sesat serta kesesatan mereka.

Mengetahui masalah merupakan separuh solusi. Mengenal aliran-aliran dan paham sesat yang telah ada dan tumbuh di Indonesia serta kesesatan mereka merupakan langkah awal menghindari jebakan mereka. Di awal penyebarannya, aliran-aliran sesat tidak langsung menunjukkan kesesatannya melainkan menyembunyikan jati diri mereka demi menyebarkan paham dan pemikiran mereka. Dengan mengenali ciri dan kesesatan mereka dapat menghindarkan kita terjebak dalam kesesatan mereka.

2. Mendalami Ilmu agama dan sejarah Islam dari mereka yang sudah diyakini benar pemahamannya.

Ilmu merupakan elemen penting yang dapat melindungi kita dari serangan-serangan pemikiran dan paham yang menyesatkan. Mempelajari Islam terutama ilmu tafsir, ilmu hadits dan sejarahnya akan membantu kita terhindar dari jebakan-jebakan tafsir yang salah, hadits-hadits palsu serta penyimpangan-penyimpangan sejarah. Mempelajari Islam hendaknya dari mereka yang telah diyakini kebenarannya dan apabila memungkinkan dari mereka yang memiliki sanad keilmuan yang bersambung hingga kepada Rasulullah SAW dan para sahabat. Mempelajari Islam langsung dari sumber-sumber terpercaya dapat meneguhkan keyakinan kita sehingga tidak mudah digoyang dengan argumentasi yang berupaya menyimpangkannya.

3. Mengetahui penyimpangan-penyimpangan terhadap Islam.

Mungkin saja masih banyak aliran-aliran sesat diluar sana yang belum diketahui dan belum terendus oleh para ulama. Oleh karena itu, mengetahui hal-hal yang dikategorikan sebagai penyimpangan terhadap Islam akan membantu kita terhindar dari upaya-upaya yang menyesatkan. Diantara penyimpangan terhadap Islam adalah pertama, penyimpangan aqidah seperti hal-hal menyangkut rukun iman, rukun Islam, sifat-sifat Allah, dan kenabian. Jika dalam satu ajaran terdapat perbedaan yang mendasar tentang aqidah, maka dapat dipastikan bahwa ajaran tersebut sesat dan bukan Islam. Kedua, penyimpangan ibadah. Penyimpangan ibadah yang dimaksud adalah penyimpangan ibadah yang telah tetap ketentuannya dalam Islam. Misalnya jumlah rakaat dalam shalat fardhu, puasa wajib di bulan ramadhan dan melaksanakan haji ke Mekah. Jika ada aliran yang mengajarkan rakaat shalat fardhu dan tata caranya berbeda dari Islam, atau membolehkan jamak dan qashar tanpa alasan syar'i, atau yang menetapkan puasa wajib tidak hanya di bulan ramadhan, atau melaksanakan haji tapi bukan ke Mekah dan hal-hal lainnya yang telah tetap ketentuannya maka telah pasti kesesatannya dan keluar dari Islam. Hal lain yang merupakan penyimpangan adalah mengingkari sunnah Rasulullah SAW. Misalnya mencaci dan menghina sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang telah dijamin masuk surga berdasarkan hadits yang shahih.

4. Berjama'ah dengan para Ahlu Sunnah.

Hal lainnya yang dapat menghindarkan kita dari perangkap aliran sesat adalah berjama'ah dengan para Ahlu Sunnah. Tak bisa dipungkiri bahwa mereka yang tidak berjama'ah lebih mudah terjebak dalam aliran sesat. Dengan berjama'ah berarti kita memiliki saudara yang bisa mengingatkan di saat lupa, menguatkan di saat lemah, dan menjadi tempat untuk bertanya hal-hal yang belum atau tidak kita pahami sama sekali. Hal ini akan menjaga kita dari pengaruh atau upaya-upaya yang menyimpangkan keyakinan kita.

Demikianlah beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan sensitifitas kita terhadap penyimpangan dan kesesatan aliran-aliran tertentu. Semoga tulisan ini bisa memberi manfaat bagi pembaca sehingga mampu melindungi diri, keluarga dan masyarakat sekitar kita dari pengaruh ajaran-ajaran sesat yang telah diketahui maupun yang masih bergerilya di sekitar kita. Wallahu a'lam bishawab.

Minggu, 01 November 2015

UNTUKMU WANITA

Pagi kemarin, saat menyalakan televisi dan mencari-cari saluran yang layak ditonton dan sesuai keinginan, terlewatlah satu acara musik pagi yang disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi swasta yang menghadirkan sejumlah penonton. Penonton-penonton ini sebagiannya dibayar untuk hadir di acara tersebut. Diantara penonton terlihat beberapa wanita paruh baya yang bukan lagi remaja yang bergoyang dan bergaya alay mengikuti alunan musik dari panggung. Bahkan diantaranya mengenakan jilbab. Sedangkan bagi remaja saja hal tersebut menurut saya merupakan hal yang tidak pantas dilakukan, apatah lagi jika dilakukan oleh wanita yang paruh baya dan sudah berumur. Entah apa yang mendasari tingkah mereka. Yang jelas dalam pikiran saya ketika itu muncul pertanyaan. Apakah mereka bukan seorang ibu? Ataukah mereka bukan seorang kakak?

Di waktu yang lain, saya membaca sebuah undangan elektronik dari sebuah komunitas di jejaring sosial saya. Undangan yang ditujukan untuk para wanita muslimah untuk menghadiri kajian islam seputar wanita. Sebuah kegiatan yang digagas sebagai upaya menyebar kebaikan dan menambah wawasan bagi wanita. Dan saya yakin mereka yang menggagas acara ini tidak dibayar untuk melaksanakannya dan tidak pula memungut biaya kepada yang menghadirinya. Entah apa yang mendasari mereka melaksankan kegiatan itu?. Yang jelas dalam pemikiran saya bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian terhadap kaum mereka. Kaum wanita.

Wanita memiliki kedudukan khusus dalam Islam. Mereka memiliki keutamaan yang tidak dimiliki kaum lelaki. Pengabdian kepada seorang ibu tiga kali lebih utama dibandingkan pengabdian kepada ayah. Bahkan, dalam keseharian lebih banyak menggunakan istilah ibu daripada ayah. Sebut saja ibu jari, bahasa ibu, ibu kota dan sebagainya. Beberapa hadits Rasulullah SAW juga menjelaskan bahwa berbuat baik kepada anak perempuan lebih utama daripada kepada anak laki-laki.

Dalam sebuah kata hikmah menyatakan "Wanita adalah tiang negara, jika wanitanya baik maka negara akan baik, dan jika wanitanya rusak maka rusaklah negara tersebut" (kata-kata ini bukan hadits). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh baik buruknya wanita di suatu negeri akan menentukan pula keadaan negeri tersebut. Dengan keutamaannya tersebut, wanita memainkan peranan penting dalam membentuk generasi. Madrasah pertama yang membentuk karakter seorang anak adalah ibu. Bahkan, pembentukan karakter sudah dimulai semenjak anak dalam kandungan ibunya.

Setiap peran tentu menuntut keilmuannya. Dengan tuntutan peran yang begitu penting, wanita hendaklah senantiasa menambah wawasannya, memperhatikan tutur katanya, agar mampu menempatkan diri dan menata perilakunya. Di samping itu, wanita harus mampu selektif terhadap pergaulannya. memilih komunitas yang mendukungnya menjalankan peran dan fungsinya kelak.

Dari rahim-rahim wanita seperti inilah diharapkan lahir generasi yang lebih baik. Dan dari didikan mereka pula muncul generasi yang tangguh, yang memiliki tujuan hidup yang benar dan yang mampu menjawab tantangan zamannya, bukan generasi yang mudah terbawa arus zaman yang semakin tidak jelas arah dan tujuannya.

Jumat, 23 Oktober 2015

UNTUK YANG INGIN MENIKAH

Ya Rabb...
Sungguh pertemuan kami adalah ketetapanMu
Bersama dalam lautan kehidupan pada satu bahtera sakinah

Saat layar kami kembangkan
Kami pasrahkan angin membawanya menuju mawaddahMu

Saat kami harus berkayuh
Jadikan ia seirama dalam rahmahMu

Ya Rabb...
Jadikan akhlak mulia penghias perjalanan kami
Hingga saat gelombang pasang tak bersahabat
Atau badai menyapa permukaannya
Kami menjadi pengikat yang saling menguatkan

Ya Rabb...
Ajarkan kami senantiasa bercengkerama
Di setiap pantai yang kami singgahi
Agar syukur kami tak luput dalam perjalanan ini
Hingga saatnya nanti...
Kami dipelabuhan jannahMu

Puisi di atas adalah puisi yang saya tulis menjelang pernikahan saya lebih empat tahun yang lalu. Sebuah puisi sederhana yang saya jadikan sarana tempat menuliskan do'a dan harapan saya saat menempuh kehidupan pernikahan yang jauh berbeda dengan masa-masa kehidupan sebelumnya.

Pernikahan merupakan satu jenjang dalam kehidupan yang secara umum pasti dimasuki oleh sebagian besar manusia di bumi ini. Apalagi bagi kita ummat Islam, pernikahan merupakan sunnah Rasulullah SAW yang kedudukannya setara dengan menyempurnakan separuh dien kita. Pernikahan merupakan sunnatullah yang menciptakan segala sesuatunya berpasangan. Hal ini menunjukkan bahwa ia merupakan ibadah dalam ketaatan kepada Allah yang menghalalkan seorang laki-laki bagi seorang wanita. Oleh karena itu setiap pribadi yang ingin memasukinya hendaklah membekali dirinya dengan ketaqwaan dan memperhatikan atau melakukan beberapa hal berikut :

1. Memperbaiki dan Meluruskan Niat
Niat merupakan pondasi setiap amal. Muara setiap amal akan kembali kepada apa yang diniatkan. Oleh karena itu para ulama terdahulu selalu menuliskan perkara niat ini di awal kitab-kitab mereka. Imam Ahmad dan Imam Syafi'i menyatakan bahwa niat merupakan sepertiga amal karena perbuatan manusia itu mencakup tiga hal yaitu hati, lisan dan anggota badan dan niat merupakan amalan hati.

"Semua amal perbuatan itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai yang ia niatkan" (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam niat terkandung sebab dan tujuan suatu amal, karena apa ia beramal dan untuk apa ia beramal. Oleh karenanya, bagi siapapun yang ingin menikah hendaklah ia memperhatikan perkara niat ini. Hendaklah ia senantiasa memperbaiki dan meluruskan niatnya hanya karena dan untuk Allah SWT maka pada yang demikian itulah diharapkan keridhaan dalam menjalankan pernikahan nantinya.

2. Meningkatkan Ibadah
Tidak bisa dipungkiri bahwa masa-masa menunggu pernikahan adalah masa-masa yang penuh ujian. Maju mundurnya niat, merasa kurang percaya diri, dan was-was merupakan sebagian dari masalah yang pasti dihadapi menjelang pernikahan. Kegelisahan yang meningkat menjelang pernikahan akan mudah diredam dengan menyibukkan diri dalam ibadah, serta mengasyikkan diri dengan dzikir.

"(yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah..." (QS. Ar-Ra'du : 28)

Meningkatkan ibadah bukan sekedar memperbanyak jumlah dan ragamnya, melainkan juga memperbaiki kualitas ibadahnya.

3. Menambah Pengetahuan dan Pemahaman
Hal yang juga harus diperhatikan oleh mereka yang ingin menikah adalah pengetahuan dan pemahaman tentang pernikahan, baik mengenai adab pernikahan, memilih pasangan, tahap-tahap pernikahan yang benar, hingga kehidupan pasca pernikahan. Pengetahuan dan pemahaman yang juga penting adalah tentang komunikasi karena sebagian besar masalah dalam pernikahan berawal dari miskomunikasi antara pasangan suami istri.

"Katakanlah : adakah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?" (QS. Az-Zumar : 9)

Demikianlah beberapa hal yang hendaknya dipersiapkan oleh mereka yang ingin memasuki jenjang pernikahan.

Untukmu yang kini kupanggil istriku
Telah berbilang tahun perjalanan ini
Janganlah engkau lelah menemani
Sebab tempat berlabuh kita mungkin masih jauh

Sekali kita berkayuh
Surut berpantang meskipun gaduh
Tidak lalai meskipun badai
Sebab ikrar telah berakar
Hanya menuju jannahNya

Tutupi lemahku agungkan lebihku
Tiada berpaling sebab kita saling
Untukmu yang kini kupanggil istriku

Senin, 21 September 2015

HEBOH!

Tentu setiap kita pernah menghadapi masalah yang rumit hingga membuat kita takut berlebihan sekiranya masalah itu tidak terselesaikan. Bahkan tidak sedikit dari kita yang bersikap heboh sendiri dikarenakan rasa ingin menyelesaikan masalah tersebut sesegera mungkin. Hal tersebut sebenarnya lumrah saja karena fitrah kita yang selalu ingin merasa aman dan terhindar dari masalah. Namun, pernahkah terpikir bahwa kita bisa menjadi penyebab ke"heboh"an bagi masalah orang lain? Atau bahkan mungkin saat seseorang gaduh dengan masalahnya kita malah memberinya masalah baru? Semoga saja jawaban anda "tidak".

Suatu ketika pernah saya mendapati seorang siswi secara tidak sengaja membawa buku seorang guru yang menurut kesan mereka sebagai guru yang menakutkan. Ketika dia menyadari bahwa dia membawa buku yang bukan miliknya, lantas dia bertanya kepada beberapa temannya yang membersamainya sejak tadi dan tidak satupun yang merasa bahwa buku itu milik mereka. Bukannya membantu menyelesaikan masalah, diantara temannya malah ada yang mulai menakut-nakutinya entah dengan maksud bercanda atau bukan. Akhirnya, buku tersebut mulai pindah tangan dari tangan yang satu ke tangan yang lain. Mereka saling tolak-tolakan untuk mengembalikan buku tersebut. Dan hal yang terjadi berikutnya bukunya menjadi sedikit rusak karena tindakan mereka. Masalah yang semula sederhana menjadi heboh dan menimbulkan masalah baru.

Mungkin sebagian kita menganggap hal di atas wajar terjadi di dunia mereka yang masih remaja. Namun, sadarkah kita bahwa peristiwa heboh menghebohkan masalah juga terjadi di sekeliling kita yang mengakunya sudah dewasa? #huff

Sebagaimana kita ketahui bahwa jiwa kita seperti senar yang apabila salah satu bergetar maka getarannya dapat turut menggetarkan yang lain. Dalam interaksi sosial, semakin kuat getaran jiwa seseorang maka ia akan semakin dominan dan akan mudah mempengaruhi jiwa yang lain. Itulah sebabnya kita bisa turut merasakan kesedihan maupun kegembiraan yang dialami orang lain. Bukan cuma itu, Kita juga bisa merasa haru saat merasakan perjuangan hidup seseorang atau kagum atas keberhasilan orang lain. Dan saat menghadapi masalah yang sulit, maka saat itulah jiwa kita dalam keadaan lemah sehingga mudah ditakut-takuti atau merasa terancam.

Kita juga menyadari bahwa setiap jiwa itu menanggung masalahnya masing-masing. Sekalipun menurut kita merupakan hal yang sederhana, namun mungkin saja merupakan hal yang rumit baginya. Hal ini disebabkan setiap kita menempa dirinya dengan cara yang berbeda dan berada dilingkungan berbeda dengan masalah yang berbeda pula sehingga kualitas jiwanya juga sudah pasti berbeda.

Ketika kita memahami dua hal tersebut, masihkah kita ingin memberikan komentar yang menghebohkan masalah orang lain? Atau sudah mulai berpikir konstruktif untuk membantu menyelesaikan masalah orang lain? Sesungguhnya setiap jiwa menanggung masalahnya masing-masing, karena itu marilah belajar berbicara lemah lembut kepada siapapun yang ingin anda ajak bicara. Jika tidak mampu membantu, belajarlah menahan apa yang ada di antara dua bibir anda.

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang benar atau diam" (HR. Bukhori dan Muslim)

Senin, 14 September 2015

KEBAYANGKAN SAKITNYA DIGITUIN?!

Semula tulisan ini ingin saya beri judul "Negeri Darurat Kepercayaan". Namun terkesan terlalu serius dan seperti ikut-ikutan dengan tagline sebuah stasiun televisi yang mengangkat tema "Darurat Asap". Akhirnya saya berpikir dengan sedikit alay dan bertemulah dengan judul di atas. Karena tulisan ini mengangkat tema tentang kepercayaan, maka saya berharap para pembaca memiliki interpretasi yang sama tentang kata "digituin" pada judul di atas. Jadi, jangan berpikir yang bukan-bukan ya. :)

Kepercayaan memang menjadi barang langka yang sulit ditemui saat memulai interaksi sosial di negeri ini. Kalaupun ada tentulah dengan kadar yang seperlunya saja. Interaksi sosial yang kebanyakan terjadi di sekeliling kita sebagian besarnya adalah simbiosis parasitisme. Simbiosis yang hanya berfokus pada keuntungan pribadi tanpa peduli keadaan yang lain. Interaksi seperti inilah yang saya maksudkan sebagai pengkhianatan.

Ketika saya dan istri baru pulang dari sebuah perjalanan dengan membawa sebuah koper dan tas ransel dan menawar becak dari simpang menuju ke rumah yang harganya hanya berkisar lima ribu hingga delapan ribu rupiah saja, namun oleh sang supir becak diberi harga sampai dua puluh ribu rupiah. Mungkin sang supir becak menganggap kami sebagai "turis" yang tidak mengetahui tempat yang kami tuju sehingga dia memberi harga sefantastis itu dengan harapan mendapat keuntungan yang besar, dan kami harus bersitegang untuk menjelaskan bahwa kami bukanlah pendatang. Dan kalaupun kami turis apakah harga yang ditawarkan sang supir becak bisa dianggap wajar?

Interaksi di atas mungkin saja pernah anda alami, dan interaksi seperti inilah yang jamak kita temui di negeri ini. Interaksi yang tidak membangun rasa saling percaya karena telah di awali dengan keinginan mendapatkan keuntungan sesaat. Interaksi seperti ini bukanlah interaksi yang diharapkan akan berlangsung lama.

Membangun kepercayaan memang hal yang jarang sekali kita ikutkan saat mulai berinteraksi dengan orang lain, terlebih kepada orang yang baru kita kenal atau terhadap interaksi yang kita anggap tidak akan terjadi untuk kedua kalinya. Padahal, jika kita memahami bahwa membangun kepercayaan akan mengundang respon positif dari lawan bicara kita dan membangun image pribadi yang luwes dan terbuka. Di samping itu, kita tidak pernah tahu peristiwa yang akan kita alami di masa yang akan datang dan ini artinya membuka kemungkinan bahwa interaksi tersebut akan berlanjut. Dan coba bayangkan bagaimana hasilnya jika interaksi tersebut pernah diawali dengan peristiwa pengkhianatan?

Kepercayaan adalah hal yang sangat berharga. Sekali ia hilang maka akan sulit sekali untuk mengembalikannya. Dan bisa dipastikan tidak seorangpun ingin dicap sebagai orang yang tidak bisa dipercaya atau mengalami peristiwa pengkhianatan. Kalau sudah begitu, kebayangkan sakitnya digituin?

Minggu, 13 September 2015

PENANG, BUKAN SEKEDAR HOSPITAL

Ini merupakan postingan pertama saya di Laman "My Trip". Laman yang saya sediakan untuk menuliskan pengalaman saya melakukan perjalanan wisata baik domestik maupun luar negeri. Semoga laman ini bisa membantu sebagai informasi tambahan bagi pembaca yang juga ingin mengunjungi tempat yang telah saya kunjungi. Perjalanan pertama yang saya tuliskan di sini adalah perjalanan saya beserta istri saat berobat sekaligus berwisata ke Penang.

Penang merupakan nama salah satu pulau di Malaysia yang terletak di pesisir barat laut Semenanjung Malaysia yang beribukota di Georgetown. Pulau Penang merupakan salah satu dari 13 negara bagian dari Federasi Malaysia. 

Pada awalnya Pulau Penang merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Kedah. Namun pada tahun 1786, pulau ini diserahkan kepada British East India Company oleh Sultan Muhammad Jiwa sebagai imbalan kepada Inggris yang telah memberikan perlindungan dari serangan Siam dan Burma. Pulau ini sempat diberi nama Pulau Prince of Wales oleh Kapten Francis Light pada tanggal 11 Agustus 1786 sebagai penghormatan pada pangeran Inggris. Sedangkan nama Raja George III, raja Inggris yang berkuasa saat itu diabadikan menjadi nama sebuah kota yang sekarang menjadi ibukota Penang, Georgetown.

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Sumatera (Medan, Aceh, Pekanbaru) mengenal Penang sebagai tempat yang menawarkan pelayanan kesehatan dengan tarif yang tidak terlalu mahal. Hampir seluruh masyarakat Indonesia yang mengunjungi penang memiliki tujuan utama untuk berobat atau sekedar medical checkup. Beberapa rumah sakit yang menjadi pilihan diantaranya Lam Wah Ee, Penang Adventist Hospital (PAH) dan Island Hospital. Demikian halnya saya beserta istri ke Penang juga dengan tujuan utama untuk medical checkup. Dan rumah sakit yang menjadi tujuan kami adalah Lam Wah Ee.

Namun, Penang bukanlah sekedar hospital. Selain tawaran pelayanan kesehatan, Penang juga menawarkan tempat-tempat indah yang layak dikunjungi dan juga mall bagi yang gemar belanja dengan harga yang relatif murah. Beberapa mall dan tempat yang layak dikunjungi saat di Penang diantaranya :

1. Prangin Mall

Mall ini terletak di pusat kota (KOMTAR) tepat di belakang plaza Tun Abdul Razak. Mall ini menawarkan merchandise dengan harga yang relatif terjangkau. Untuk mencapai tempat ini anda bisa menggunakan taksi, tentu saja dengan ongkos sedikit mahal. Namun, bagi anda yang membawa bekal secukupnya dapat memilih alternatif menggunakan transportasi umum yakni bus. Saya sendiri beserta istri memilih menggunakan bus yang menurut penilaian kami sangat nyaman dan jauh berbeda dibandingkan bus-bus atau angkot di Medan. Dari tempat kami menginap hanya memerlukan waktu kurang dari 30 menit untuk sampai di KOMTAR dengan ongkos hanya RM 1,40.

2. GAMA

GAMA juga merupakan mall yang terletak di daerah KOMTAR, tidak jauh dari Prangin Mall. Jika Prangin Mall terletak di sebelah barat pusat line bus, maka GAMA berada disebelah timurnya. Jarak antara kedua mall ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 10 menit. GAMA juga menawarkan belanja merchandise sebagai oleh-oleh yang dibawa pulang juga dengan harga relatif murah. Sayangnya dikunjungan pertama ini saya belum sempat menyambangi mall ini. Kami hanya sempat melihat dari bus saat kembali ke penginapan.

3. Batu Feringhi

Batu Feringhi merupakan kawasan wisata yang tidak boleh anda lewatkan saat berkunjung ke Penang. Di sini kita dapat menikmati pemandangan pantai yang sangat indah dengan berbagai permainan airnya. Batu Feringhi juga menawarkan pasar malam yang buka setiap malamnya mulai pukul 19.00 waktu setempat. Di sini juga terdapat ressort bertaraf internasional dan wisata kuliner yang menyediakan makanan laut. Untuk mencapai tempat ini, anda hanya perlu membayar taksi sekitar RM.40 dari KOMTAR. Jika ingin naik bus, ongkosnya akan jauh lebih murah yakni RM. 2,70 dan lagi-lagi bus menjadi pilihan kami.


Untuk sampai di Batu Feringhi cukup naik Bus dengan nomor 101 atau 102. Dalam perjalanan dari KOMTAR menuju Batu Feringhi, kita juga akan disuguhi pemandangan dan spot yang cukup indah diantaranya adalah Masjid Terapung. Sayangnya, saat kami mengunjungi Batu Feringhi cuaca sedang hujan sehingga suasana pantainya lengang dan hanya beberapa kedai saja yang buka.

Selain tempat-tempat tersebut di atas, Penang masih memiliki tempat indah lainnya yang juga layak dikunjungi. Diantaranya Penang Hill, Penang Bridge dan Museum. Keterbatasan waktu kami jugalah yang membatasi perjalanan pertama kami ke Penang. Jadi saat anda ke Penang, anda harus ingat bahwa Penang bukan sekedar hospital.


Hal lain yang layak diambil sebagai perbandingan adalah ketertiban masyarakatnya yang jauh sekali dibandingkan keadaan di medan. Serta tidak adanya angkutan seperti becak di Penang, sehingga berjalan kaki untuk jarak 500 meter atau mungkin 1 km merupakan hal yang biasa di sana.  Berbeda halnya dengan di sini, tentu kita lebih memilih menggunakan sepeda motor atau becak.

Sabtu, 04 Juli 2015

SHAUM RAMADHAN : SEBUAH PERJALANAN IMAN DARI MERASA BERIMAN HINGGA BENAR IMANNYA (Refleksi Perjalanan Separuh Ramadhan 1436 H)

Suatu ketika Rasulullah SAW didatangi sekelompok orang-orang Arab Badui yang mengungkit-ungkit keberimanan mereka. Mereka mengklaim bahwa keberimanan telah bersemayam dalam hati mereka pada saat pertama kali mereka masuk islam. Mereka juga menganggap bahwa keimanan mereka adalah nikmat bagi Rasulullah karena mereka beriman tanpa melalui peperangan terlebih dahulu.

Namun, Allah SWT menyanggah pernyataan mereka dengan menurunkan ayat berikut :
"Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar. Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu, Padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu? Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hujaraat : 14 – 18)

Ayat di atas menunjukkan adanya perbedaan kedudukan antara telah berislam (muslim) dan telah beriman (mukmin). Dan terlihat bahwa keberimanan memiliki kedudukan lebih dari keberislaman. Namun, orang Arab badui tersebut bukanlah termasuk orang munafik. Mereka ditegur karena dengan cepat mengaku beriman sekalipun iman itu belum masuk ke dalam hati-hati mereka disebabkan mereka baru memeluk islam dan belum diuji keberimanan mereka. Jadi, ayat-ayat di atas merupakan pengarahan dan pengajaran bagi mereka untuk menumbuhkan keimanan dengan cara terus melakukan ketaatan kepada Allah SWT, dan Allah SWT tidak akan mengurangi pahala amalan-amalan tersebut.

Berkaitan dengan shaum ramadhan, seringkali kita diperdengarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah berikut :
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah : 183)

Pertanyaannya adalah “siapakah yang diseru Allah untuk menjalankan ibadah shaum?” dan “siapakah yang menyambut seruan itu?”.

Dalam ayat tersebut Allah SWT jelas menyeru kepada orang-orang yang beriman. Dan yang menyambut seruan tersebut tentulah orang-orang yang merasa beriman. Dalam hal ini, rasa beriman merupakan titik awal untuk memenuhi seruan dan melaksanakan ketaatan. Hanya mereka yang merasa beriman yang akan memenuhi perintah Allah SWT untuk melaksanakan shaum. Dengan demikian rasa beriman merupakan tangga awal yang harus dijajaki seorang yang telah berislam (telah tunduk) yang kemudian keberimanan itu akan diuji kebenarannya sebagaimana firman Allah SWT berikut :
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?  Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut : 2-3)


Rasa beriman inilah yang kemudian mampu menjelaskan mengapa di awal ramadhan seluruh umat islam begitu antusias memenuhi seruan untuk melaksanakan shaum dan mendirikan malamnya. Dan dalam perjalanannya, rasa beriman itu di uji kebenarannya dalam melaksanakan shaum dan ketaatan lainnya. Mereka yang sekedar merasa-rasa telah beriman tentu tidak akan bertahan dalam ibadahnya, sedangkan mereka yang benar rasa berimannya maka akan benarlah keimanannya dan akan membuahkan pribadi yang taqwa sebagai hasil dari ibadah shaum yang dijalankan.

Selasa, 02 Juni 2015

MARI LEBIH PEDULI

Maraknya berita dan video yang menunjukkan perilaku menyimpang dan tidak wajar yang dilakukan oleh anak-anak belakangan ini sudah sangat meresahkan. Beberapa waktu yang lalu kita digemparkan dengan beredarnya video yang menunjukkan dua bocah berusia sekitar 6 – 8 tahun beradegan seronok layaknya film dewasa hanya dengan arahan sederhana dari pelaku perekaman video tersebut yang ternyata orang yang lebih dewasa (baca : tua) . Sebelumnya juga kita pernah dihebohkan dengan video yang menunjukkan bocah usia kurang dari 5 tahun yang sedang menghisap rokok yang lagi-lagi jadi tontonan orang-orang yang lebih tua disekitarnya.

Peristiwa di atas mungkin hanya sebagai sajian pembuka dan mungkin saja akan ada lagi hal-hal yag menghebohkan tentang perilaku anak-anak yang menyimpang yang kemudian hanya direspon dengan keterkejutan kita dan meramaikan pembicaraan sesaat dan kemudian kehidupan berjalan seperti semula dan menunggu kejadian heboh selanjutnya. Yah, sebagian besar respon kita sebagai orang tua hanya sebatas terkejut kemudian berkata “kok bisa ya?!” atau kemudian mengumpat pelaku penyebaran video tersebut tanpa melakukan tindakan-tindakan lain yang lebih baik agar peristiwa yang sama tidak terulang kembali.

Jika dicermati sebenarnya telah terjadi “pengkerdilan” fungsi orang tua di tengah masyarakat. Bagi kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa fungsi mereka sebagai “orang tua” hanya bagi anak kandungnya saja, dan berperan sebagai “orang asing” bagi anak lainnya. Memang tidak semua orang dewasa berlaku selayaknya orang dewasa yang melindungi, dan mendidik anak-anak disekitarnya. Bahkan diantaranya menjadi mimpi buruk bagi perkembangan anak-anak. Lihat saja pelaku penyebaran video-video tersebut kesemuanya adalah orang dewasa. Oleh karenanya orang dewasa yang peduli harus bersedia melindungi anak-anak disekitarnya dari kejahatan dan keburukan orang dewasa lainnya.

Di samping itu, ketidaksiapan dan ketidakmampuan orang tua mengimbangi informasi yang diterima anak-anaknya menjadikan perannya semakin diabaikan. Hal ini diperburuk lagi dengan sikap tidak acuh para orang tua terhadap perubahan sikap anak. Perkembangan gadget dan keterbukaan informasi yang kebablasan tidak mampu diikuti oleh kebijaksanaan para orang tua. Konten-konten yang tidak layak dikonsumsi anak dengan mudahnya mereka lihat dan mendorong mereka untuk meniru dan mempraktekkannya. Dan hal ini tidak mendapat pengawasan dari para orang tua.


Pengawasan yang lemah dari rumah seakan bertemu dengan kontrol yang lemah dari para orang tua di sekitar anak menjadi peluang besar bagi pelaku perusak moral generasi ini. Karenanya kita harus lebih peduli dengan keselamatan anak-anak terutama yang ada dilingkungan sekitar kita.

Selasa, 26 Mei 2015

SUNGGUH, SEBAGIAN URUSAN SAUDARAMU ADA PADAMU

Hidup adalah amanah. Dan pada setiap amanah melekat kewajiban-kewajiban (urusan) sebagai indikator amanah tersebut berjalan dan dijalankan sesuai fungsi. Kewajiban-kewajiban tersebut akan senantiasa mengikat waktu kita hingga amanah itu dicabut untuk dipertanggungjawabkan. Karenanya, setiap kita menyelesaikan satu kewajiban, sesungguhnya kita memasuki kewajiban yang lain.

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain” (QS. Al-Insyirah : 7)

Dalam bermasyarakat, setiap unsur dalam masyarakat tentulah terikat dengan kewajibannya sesuai dengan fungsinya dalam masyarakat tersebut, baik sebagai pemimpin maupun sebagai masyarakat biasa. Namun, sadarkah kita bahwa pada kewajiban-kewajiban kita dalam masyarakat terdapat urusan saudara kita di dalamnya?!

Dalam sebuah keluarga misalnya, terdapat tugas dan fungsi yang diemban suami atau ayah sebagai kepala keluarga semisal memberikan nafkah kepada seluruh anggota keluarga dan memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya. Sementara tugas dan fungsi anggota keluarga adalah mematuhi perintah kepala keluarga selama ia bukanlah hal-hal yang dilarang dalam agama. Tugas dan fungsi setiap unsur dalam keluarga tersebut ternyata saling terkait satu sama lain. Maka, selayaknya tiap unsur di dalamnya hendaklah saling membantu dan saling mempermudah semua urusan yang ada. 

Jika dalam sebuah organisasi, keluarga dan masyarakat bahkan negara tidak terdapat upaya saling membantu dan saling mempermudah satu dengan yang lainnya maka dapat dipastikan organisasi tersebut tidak akan berkembang dan bahkan akan hancur berantakan. Bukankah meringankan urusan saudaramu juga merupakan kebaikan?!

“Siapa memudahkan orang yang kesulitan, pasti Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat” (HR. Muslim)


Ya, sebagian urusan (kewajiban) saudara kita ternyata ada pada kita. Maka ringankanlah.

SELAMAT DATANG

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat Datang di blog saya. Blog ini saya dedikasikan buat seluruh keluarga saya, terkhusus kepada istri tercinta saya yang terus setia menemani dan mendorong saya untuk terus menulis dan menuangkan pikiran saya. 

Sesugguhnya perjalanan kehidupan manusia adalah perjalanan dari jenjang yang satu menuju jenjang berikutnya. Dari tahapan yang satu ke tahapan berikutnya. Oleh karenanya, sebagai makhluk yang dianugerahi akal dan budi oleh Allah SWT selayaknya kita mempersiapkan segala bekal setiap kali kita akan melangkahkan kaki menuju tahapan baru dalam kehidupan, baik itu pengetahuan, mental, dan fisik. Terutama adalah bekal ketaqwaan yang menjadi pondasi terbaik dalam menjalani kehidupan. 

Dengan tagline "Berbagi Ilmu Menebar Manfaat" dengan blog ini saya berusaha berbagi pemikiran dan pengetahuan kepada seluruh pembaca blog ini dengan harapan kiranya memberi manfaat dalam melalui liku-liku kehidupan. Blog ini berisikan tematik yang membicarakan tentang membangun keluarga, pengasuhan dan pendidikan anak serta hubungan inter personal dalam interaksi sosial masyarakat.

Demi mempermudah para pembaca untuk "surfing" di blog ini, maka setiap tematik saya tuliskan dalam laman yang berbeda. Laman "samara" bertemakan tentang pernikahan dan membangun hubungan baik antara suami dan istri. Laman "parenting" bertemakan hal-hal yang berkaitan dengan pengasuhan dan pendidikan anak. Serta laman "inter personality" yang membicarakan tentang hubungan sosial antar pribadi dalam lingkungan masyarakat. Dan laman "My Trip" yang mengulas tempat-tempat atau daerah yang saya kunjungi. Disamping itu ada laman "serba-serbi" yang memuat hal lainnya selain tema-tema tersebut di atas.

Blog ini menitikberatkan nilai-nilai keislaman sebagai sudut pandang utama. Hal ini diperlukan agar isi dalam tulisan saya menjadi terarah dan memiliki nilai dakwah bagi para pembaca, sehingga muatannya bukan sekedar berdasarkan pengalaman empirik semata.

Selamat berselancar di blog saya dan semoga kehadirannya memberi manfaat bagi sebanyak pembaca.