Senin, 21 September 2015

HEBOH!

Tentu setiap kita pernah menghadapi masalah yang rumit hingga membuat kita takut berlebihan sekiranya masalah itu tidak terselesaikan. Bahkan tidak sedikit dari kita yang bersikap heboh sendiri dikarenakan rasa ingin menyelesaikan masalah tersebut sesegera mungkin. Hal tersebut sebenarnya lumrah saja karena fitrah kita yang selalu ingin merasa aman dan terhindar dari masalah. Namun, pernahkah terpikir bahwa kita bisa menjadi penyebab ke"heboh"an bagi masalah orang lain? Atau bahkan mungkin saat seseorang gaduh dengan masalahnya kita malah memberinya masalah baru? Semoga saja jawaban anda "tidak".

Suatu ketika pernah saya mendapati seorang siswi secara tidak sengaja membawa buku seorang guru yang menurut kesan mereka sebagai guru yang menakutkan. Ketika dia menyadari bahwa dia membawa buku yang bukan miliknya, lantas dia bertanya kepada beberapa temannya yang membersamainya sejak tadi dan tidak satupun yang merasa bahwa buku itu milik mereka. Bukannya membantu menyelesaikan masalah, diantara temannya malah ada yang mulai menakut-nakutinya entah dengan maksud bercanda atau bukan. Akhirnya, buku tersebut mulai pindah tangan dari tangan yang satu ke tangan yang lain. Mereka saling tolak-tolakan untuk mengembalikan buku tersebut. Dan hal yang terjadi berikutnya bukunya menjadi sedikit rusak karena tindakan mereka. Masalah yang semula sederhana menjadi heboh dan menimbulkan masalah baru.

Mungkin sebagian kita menganggap hal di atas wajar terjadi di dunia mereka yang masih remaja. Namun, sadarkah kita bahwa peristiwa heboh menghebohkan masalah juga terjadi di sekeliling kita yang mengakunya sudah dewasa? #huff

Sebagaimana kita ketahui bahwa jiwa kita seperti senar yang apabila salah satu bergetar maka getarannya dapat turut menggetarkan yang lain. Dalam interaksi sosial, semakin kuat getaran jiwa seseorang maka ia akan semakin dominan dan akan mudah mempengaruhi jiwa yang lain. Itulah sebabnya kita bisa turut merasakan kesedihan maupun kegembiraan yang dialami orang lain. Bukan cuma itu, Kita juga bisa merasa haru saat merasakan perjuangan hidup seseorang atau kagum atas keberhasilan orang lain. Dan saat menghadapi masalah yang sulit, maka saat itulah jiwa kita dalam keadaan lemah sehingga mudah ditakut-takuti atau merasa terancam.

Kita juga menyadari bahwa setiap jiwa itu menanggung masalahnya masing-masing. Sekalipun menurut kita merupakan hal yang sederhana, namun mungkin saja merupakan hal yang rumit baginya. Hal ini disebabkan setiap kita menempa dirinya dengan cara yang berbeda dan berada dilingkungan berbeda dengan masalah yang berbeda pula sehingga kualitas jiwanya juga sudah pasti berbeda.

Ketika kita memahami dua hal tersebut, masihkah kita ingin memberikan komentar yang menghebohkan masalah orang lain? Atau sudah mulai berpikir konstruktif untuk membantu menyelesaikan masalah orang lain? Sesungguhnya setiap jiwa menanggung masalahnya masing-masing, karena itu marilah belajar berbicara lemah lembut kepada siapapun yang ingin anda ajak bicara. Jika tidak mampu membantu, belajarlah menahan apa yang ada di antara dua bibir anda.

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang benar atau diam" (HR. Bukhori dan Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar