Minggu, 27 Desember 2015

KECERDASAN INTERPERSONALITY

Sebagai makhluk sosial, kita tidak akan pernah terhindar dari interaksi saling membutuhkan dengan orang lain. Sebagian urusan kita mungkin melibatkan orang lain dan demikian sebaliknya sebagian urusan orang lain ada pada kita. Dalam berinteraksi dengan orang lain diperlukan seni dan kemampuan berkomunikasi untuk mencapai tujuan dari interaksi tersebut.

Salah satu kecerdasan yang harus kita bangun dan miliki dalam berinteraksi dengan sesama adalah kecerdasan interpersonality. Kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain, menyentuh perasaan mereka dan menggerakkan mereka tanpa merasa diperintah. Kecerdasan ini melibatkan perpaduan kecerdasan emosi dan kemampuan komunikasi yang baik dengan orang lain. Kecerdasan interpersonality merupakan dasar terbentuknya akhlak yang baik terhadap sesama. Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang bisa dipelajari dan diasah melalui pembiasaan hingga menjadi karakter pribadi.

Islam mengajarkan para pemelukya memiliki kecerdasan interpersonality dengan cara mengatur dan memberi rambu-rambu etika dalam berhubungan dengan orang lain diseluruh dimensi kehidupan. Interaksi terhadap orang tua, interaksi antara suami istri, interaksi di dalam majelis dan jalan raya, cerdas saat bicara ataupun diam, bahkan mengatur hal sederhana seperti sekedar meminta izin orang lain. Lihatlah kepekaan Islam telah mengatur semua batas dan bentuk interaksi yang paling kecil sekalipun.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah pribadi yang memiliki kecerdasan interpersonality yang luar biasa. Kemampuan beliau memahami dan menghargai perasaan dan ketidak mengertian orang lain serta kemampuannya mengkomunikasikan yang seharusnya mempermudah penyebaran dakwah beliau. Berbagai peristiwa yang tercatat dalam sejarah beliau menunjukkan hal ini, diantaranya adalah peristiwa berikut.

Suatu hari ada seorang pemuda mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!". Orang-orangpun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, "Diam kamu! Diam!". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "Mendekatlah." Pemuda itupun mendekat lalu duduk. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, "Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?". "Tidak, demi Allah, wahai Rasul" sahut pemuda itu. "Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu mereka dizinai." lanjut Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?". "Tidak, demi Allah wahai Rasul" pemuda itu kembali menjawab. "Begitu pula orang lain, tidak rela jika putri mereka dizinai". "Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?". "Tidak, demi Allah wahai Rasul". "Begitu pula orang lain, tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai". "Relakah engkau jika bibimu - dari jalur bapak - dizinai?". "Tidak, demi Allah wahai Rasul". "Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai". "Relakah engkau jika bibimu - dari jalur ibu - dizinai?". "Tidak, demi Allah wahai Rasul". "Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai". Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata : "Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya." (HR. Ahmad no. 22211 ; sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)

Sudah sepatutnya seorang muslim mengasah kecerdasan interpersonalitynya dengan mencontoh perilaku sang teladan yakni Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan kecerdasan ini diharapkan tidak terjadi kesalahfahaman terhadap Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar