Selasa, 02 Juni 2015

MARI LEBIH PEDULI

Maraknya berita dan video yang menunjukkan perilaku menyimpang dan tidak wajar yang dilakukan oleh anak-anak belakangan ini sudah sangat meresahkan. Beberapa waktu yang lalu kita digemparkan dengan beredarnya video yang menunjukkan dua bocah berusia sekitar 6 – 8 tahun beradegan seronok layaknya film dewasa hanya dengan arahan sederhana dari pelaku perekaman video tersebut yang ternyata orang yang lebih dewasa (baca : tua) . Sebelumnya juga kita pernah dihebohkan dengan video yang menunjukkan bocah usia kurang dari 5 tahun yang sedang menghisap rokok yang lagi-lagi jadi tontonan orang-orang yang lebih tua disekitarnya.

Peristiwa di atas mungkin hanya sebagai sajian pembuka dan mungkin saja akan ada lagi hal-hal yag menghebohkan tentang perilaku anak-anak yang menyimpang yang kemudian hanya direspon dengan keterkejutan kita dan meramaikan pembicaraan sesaat dan kemudian kehidupan berjalan seperti semula dan menunggu kejadian heboh selanjutnya. Yah, sebagian besar respon kita sebagai orang tua hanya sebatas terkejut kemudian berkata “kok bisa ya?!” atau kemudian mengumpat pelaku penyebaran video tersebut tanpa melakukan tindakan-tindakan lain yang lebih baik agar peristiwa yang sama tidak terulang kembali.

Jika dicermati sebenarnya telah terjadi “pengkerdilan” fungsi orang tua di tengah masyarakat. Bagi kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa fungsi mereka sebagai “orang tua” hanya bagi anak kandungnya saja, dan berperan sebagai “orang asing” bagi anak lainnya. Memang tidak semua orang dewasa berlaku selayaknya orang dewasa yang melindungi, dan mendidik anak-anak disekitarnya. Bahkan diantaranya menjadi mimpi buruk bagi perkembangan anak-anak. Lihat saja pelaku penyebaran video-video tersebut kesemuanya adalah orang dewasa. Oleh karenanya orang dewasa yang peduli harus bersedia melindungi anak-anak disekitarnya dari kejahatan dan keburukan orang dewasa lainnya.

Di samping itu, ketidaksiapan dan ketidakmampuan orang tua mengimbangi informasi yang diterima anak-anaknya menjadikan perannya semakin diabaikan. Hal ini diperburuk lagi dengan sikap tidak acuh para orang tua terhadap perubahan sikap anak. Perkembangan gadget dan keterbukaan informasi yang kebablasan tidak mampu diikuti oleh kebijaksanaan para orang tua. Konten-konten yang tidak layak dikonsumsi anak dengan mudahnya mereka lihat dan mendorong mereka untuk meniru dan mempraktekkannya. Dan hal ini tidak mendapat pengawasan dari para orang tua.


Pengawasan yang lemah dari rumah seakan bertemu dengan kontrol yang lemah dari para orang tua di sekitar anak menjadi peluang besar bagi pelaku perusak moral generasi ini. Karenanya kita harus lebih peduli dengan keselamatan anak-anak terutama yang ada dilingkungan sekitar kita.