Maraknya berita dan video yang
menunjukkan perilaku menyimpang dan tidak wajar yang dilakukan oleh anak-anak
belakangan ini sudah sangat meresahkan. Beberapa waktu yang lalu kita
digemparkan dengan beredarnya video yang menunjukkan dua bocah berusia sekitar
6 – 8 tahun beradegan seronok layaknya film dewasa hanya dengan arahan
sederhana dari pelaku perekaman video tersebut yang ternyata orang yang lebih dewasa
(baca : tua) . Sebelumnya juga kita pernah dihebohkan dengan video yang
menunjukkan bocah usia kurang dari 5 tahun yang sedang menghisap rokok yang
lagi-lagi jadi tontonan orang-orang yang lebih tua disekitarnya.
Peristiwa di atas mungkin hanya
sebagai sajian pembuka dan mungkin saja akan ada lagi hal-hal yag menghebohkan tentang
perilaku anak-anak yang menyimpang yang kemudian hanya direspon dengan
keterkejutan kita dan meramaikan pembicaraan sesaat dan kemudian kehidupan
berjalan seperti semula dan menunggu kejadian heboh selanjutnya. Yah, sebagian
besar respon kita sebagai orang tua hanya sebatas terkejut kemudian berkata “kok
bisa ya?!” atau kemudian mengumpat pelaku penyebaran video tersebut tanpa
melakukan tindakan-tindakan lain yang lebih baik agar peristiwa yang sama tidak
terulang kembali.
Jika dicermati sebenarnya telah terjadi
“pengkerdilan” fungsi orang tua di tengah masyarakat. Bagi kebanyakan
masyarakat beranggapan bahwa fungsi mereka sebagai “orang tua” hanya bagi anak
kandungnya saja, dan berperan sebagai “orang asing” bagi anak lainnya. Memang tidak
semua orang dewasa berlaku selayaknya orang dewasa yang melindungi, dan mendidik
anak-anak disekitarnya. Bahkan diantaranya menjadi mimpi buruk bagi
perkembangan anak-anak. Lihat saja pelaku penyebaran video-video tersebut
kesemuanya adalah orang dewasa. Oleh karenanya orang dewasa yang peduli harus
bersedia melindungi anak-anak disekitarnya dari kejahatan dan keburukan orang
dewasa lainnya.
Di samping itu, ketidaksiapan dan
ketidakmampuan orang tua mengimbangi informasi yang diterima anak-anaknya
menjadikan perannya semakin diabaikan. Hal ini diperburuk lagi dengan sikap
tidak acuh para orang tua terhadap perubahan sikap anak. Perkembangan gadget dan
keterbukaan informasi yang kebablasan tidak mampu diikuti oleh kebijaksanaan
para orang tua. Konten-konten yang tidak layak dikonsumsi anak dengan mudahnya
mereka lihat dan mendorong mereka untuk meniru dan mempraktekkannya. Dan hal
ini tidak mendapat pengawasan dari para orang tua.
Pengawasan yang lemah dari rumah
seakan bertemu dengan kontrol yang lemah dari para orang tua di sekitar anak
menjadi peluang besar bagi pelaku perusak moral generasi ini. Karenanya kita
harus lebih peduli dengan keselamatan anak-anak terutama yang ada dilingkungan
sekitar kita.