Sabtu, 16 Januari 2016

LINDUNGI AQIDAH DAN MINDSET MEREKA

Salah satu pondasi utama yang dibangun Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mendakwahkan islam di tengah para sahabat adalah dimensi aqidah. Maka perhatikanlah sejarah perjalanan dakwah beliau di masa awal kenabian, sebagian besar wahyu yang turun di masa itu mengajarkan tentang membangun aqidah yang benar. Bahkan salah satu alasan larangan memilih pemimpin yang bukan islam adalah demi menjamin terjaganya kemurnian aqidah. Maka wajarlah ketika Luqman mengajarkan tentang kemurnian aqidah ini kepada anak-anaknya sebagaimana terdapat dalam Al-Qur'an :

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya : 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar'." (QS. Luqman : 13)


Aqidah dalam Islam bukan sekedar menghindari kesyirikan. Keyakinan terhadap qadha dan qadar juga termasuk dalam dimensi aqidah. Meyakini wajibnya perintah shalat juga termasuk dalam aqidah, sehingga mereka yang menyepelekan perintah shalat termasuk dalam golongan yang celaka. Demikian pentingnya aqidah ini mengharuskan para orang tua mengajarkannya secara benar kepada anak-anak mereka. Dengan  aqidah yang benar diharapkan tumbuh mindset yang benar pula sebagai generasi muslim.

Belakangan, serial televisi yang diimpor dari luar negeri terutama India semakin ramai menghiasi layar televisi dan digemari sebagian besar generasi kita. Serial ini secara tersirat tentunya juga membawa kultur dan kebiasaan mereka di negeri itu. Di antara serial televisi tersebut ada yang menceritakan kisah tokoh utamanya semenjak kecil hingga dewasa, bahkan ada pula yang menplot bintang film yang masih anak-anak atau remaja sebagai tokoh utamanya dengan konflik cerita dewasa atau konflik yang lazimnya hanya ditemukan di kehidupan dewasa.

Disamping itu, diantara serial ini ada yang ditayangkan pada waktu-waktu dimana para orang tua yang bekerja sulit mengawasi atau mendampingi putra-putri mereka,  sehingga peluang terjadinya penyimpangan-penyimpangan semakin besar dan mungkin. Ditambah lagi durasinya yang ternyata tidak pendek menjadikan remaja-remaja ini tidak produktif dan harus diam terpaku menyaksikan serial kesukaan mereka dalam waktu yang lama.

Penyimpangan pertama yang mungkin terjadi adalah penyimpangan aqidah. Cerita tentang sihir, peri, ruh yang bisa pindah dari jasad yang satu ke jasad yang lain dan mampu berubah-ubah bentuk dalam serial "balveer" serta kata-kata puji-puji dewa yang diucapkan tokoh-tokoh dalam serial "gangga" secara perlahan dan pasti akan memengaruhi pemikiran anak-anak dan remaja islam yang belum memiliki kemampuan memilah dan memilih informasi dengan baik dan benar. Cerita tersebut dapat menggeser dan menggantikan pemahaman yang benar menurut Islam tentang ruh dan sihir. Tentunya hal ini akan mempengaruhi kemurnian aqidah mereka.

Kesalahan berikutnya yang mungkin muncul dalam generasi kita adalah kesalahan mindset. Misalnya dalam serial "uttaran" terdapat kesalahan mindset yang ditampilkan sang tokoh utama yang dengan mudahnya melemahkan kebenaran yang diyakininya dengan bersikap lemah, bahkan karena sikap tersebut dia kemudian melawan orang tuanya.

Serial-serial ini juga cenderung lebih banyak mengumbar niat jahat dan cara-cara licik pemeran antagonisnya demi mencapai keinginannya. Cara-cara seperti mengancam bunuh diri, berpura-pura, hingga mencelakakan orang lain dikhawatirkan akan dicontoh para remaja demi mewujudkan apa yang dikehendakinya atau demi menyingkirkan dan mengalahkan orang yang dalam anggapan mereka menjadi penghalang atas keinginannya tersebut.

Sudah selayaknya para orang tua cermat dan mengawasi apa yang menjadi tontonan anak-anak mereka. Kita harus mampu memilihkan apa-apa yang layak masuk dalam pemikiran mereka demi tegaknya aqidah yang benar dan terbangunnya mindset yang benar pula. Jika segala informasi dapat dengan mudah masuk melalui kotak-kotak televisi kita, maka seharusnya pula kita lebih ketat menjadi sensor-sensornya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar