Sabtu, 13 Februari 2016

BENARKAH SEMUA KARENA CINTA?

Membincangkannya memang tidak akan ada habis-habisnya. Setiap kita tentu ingin senantiasa merasakan kehadirannya. Ketika ia menyapa seakan kita ingin hidup dan menikmatinya selamanya. Namun ketika ia hilang, seakan dunia turut membersamai kehilangnya. Karenanya seorang penakut menjadi berani, seorang yang buta dengan sastra menjadi pujangga, dan seorang yang ramah menjadi pendendam. Ia bisa mengangkat seseorang ke puncak ketaqwaannya, namun juga bisa menjerumuskannya ke lembah fujurnya. Itulah cinta.

Ketika membincangkan kaitannya terhadap perilaku manusia, sebuah pertanyaan mungkin layak kita ajukan. "Benarkah semua karena cinta?" ataukah sebenarnya ia telah "terkontaminasi" sesuatu hingga buah dari cinta itu berbeda?

Seorang suami bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan dalih cinta kepada keluarganya dan ingin membahagiakan mereka kemudian ia melakukan korupsi dan atau sejenisnya. Benarkah itu cinta? Sementara di sisi lain ada seorang suami meninggalkan dan membiarkan istri dan anaknya berjuang hidup di sebuah padang tandus tak berpenghuni. Yang manakah diantara keduanya dikatakan karena cinta?

Orang tua membawa anak gadisnya mengikuti beragam audisi dan reality show bahkan sampai membiarkannya mengumbar aurat demi tujuan kelak sang anak terkenal dan memiliki kehidupan yang berkecukupan. Benarkah itu karena cinta? Sementara ada orang tua yang memingit anak gadisnya bahkan sampai-sampai pemuda yang bekerja untuk mereka tidak pernah mengetahui keberadaan sang gadis hingga orang tua sang gadis menikahkan mereka. Yang manakah dikatakan cinta?

Seorang anak yang bekerja keras sepanjang waktu dengan tujuan membahagiakan orang tuanya hingga akhirnya dirinya tidak memiliki waktu membersamai keduanya semasa hidup ataukah seorang anak yang rela mengorbankan dirinya demi perintah yang diterima sang ayah sekalipun itu lewat mimpi? Yang manakah diantara keduanya yang benar atas nama cinta?

Seorang pemuda yang mengumbar cinta demi sekedar untuk berpegangan tangan, mencium atau mencumbui wanita yang berstatus sebagai pacar yang tidak halal ataukah seorang pemuda yang memilih penjara daripada terjebak dalam bujukan dan rayuan majikan wanitanya? Yang manakah diantaranya karena cinta?

Cinta adalah fitrah manusia. Sebagaimana fitrah yang lain, cinta juga menuntut pemeliharaan dari pemiliknya. Ia bisa menjadi gelombang pasang yang menghantarkan para nelayan melaut, atau bahkan bisa menjadi ombak yang dahsyat yang menghempaskan perahu mereka ke batu karang yang keras. Ia bisa menghantarkan pemiliknya ke puncak kemuliaan, namun bisa pula menjerumuskannya ke lembah kehinaan.

Kebenaran cinta tidak dengan serta-merta bisa dilihat dari keputusan sikap dan perbuatan pemiliknya. Kebenaran cinta hanya dapat diukur dari sebab ia tumbuh, derajatnya (porsinya), cara pembuktiannya hingga kemana akhirnya ia bermuara. Kebenaran cinta bukan dilihat dari pahit manisnya perbuatan yang mengatasnamakan cinta tersebut.

Cinta yang sebenarnya harus tumbuh di atas dasar cinta yang abadi, Cintanya Allah SWT. Ketika kita mampu menempatkan cinta kepada Allah sebagai prioritas cinta, maka tidak akan ada kekhawatiran apapun terhadap tuntutan cinta tersebut. Berlelah-lelah dalam ibadah, menginfakkan harta, atau bahkan mengorbankan diri demi cintaNya merupakan kenikmatan yang tak sebanding dengan apapun di dunia ini.

Cinta yang sebenarnya akan mampu menghimpun beragam cinta sesuai dengan hak cinta tersebut. Ia tidak akan menjadikan dada pemiliknya sesak oleh tuntutan cinta yang lain. Cinta yang sebenarnya akan menata cinta-cinta itu menurut derajat dan kadarnya masing-masing. Cinta yang sebenarnya akan menyalurkan hak-hak cinta yang lain menurut ketentuanNya.

Dan yang terakhir, cinta yang sebenarnya adalah cinta yang kembali bermuara kepada pemilik seluruh cinta, sebab di sisiNya lah terdapat seindah-indah balasan cinta yang kenikmatannya tidak pernah terbetik sedikitpun di benak-bena kita, yaitu surga jannatunnaa'im.

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik" (TQS. Ali-Imran : 14)

Wallahu a'lam bishawwab...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar